1.Evaluasi Diri Seobjektif Mungkin
Belajar menilai diri secara objektif dan jujur.Susunlah daftar "kekayaan" pribadi,seperti prestasi yang pernah diraih,sifat positif,potensi diri (baik yang sudah diaktualisasi maupun yang belum),keahlian yang dimiliki,serta kesempatan ataupun sarana yang mendukung kemajuan diri.Sadari semua aset berharga kita dan temukan aset yang belum dikembangkan.
Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri,seperti pola berpikir yang keliru,niat dan motivasi yang lemah,kurangnya disiplin diri,kurangnya ketekunan dan kesabaran,bergantung pada bantuan orang lain,ataupun sebab eksternal lain.Hasil analisis dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths/kekuatan,Weaknesses/kelemahan,Obstacles/hambatan,and Threats/ancaman) diri,kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.
2.Beri Penghargaan yang Jujur terhadap diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang kita miliki.Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar,berevolusi,dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini.Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih,berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu kita menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.Ketidak mampuan menghargai diri sendiri,mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan.Misalnya,ingin cepat kaya,ingin cantik,populer,dan mendapat jabatan penting dengan segala cara.Jika ditelaah lebih lanjut,semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis,penolakan terhadap diri sendiri,ketidakmampuan menghargai diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.
3.Berpikir positif
Cobalah memerangi setiap asumsi,prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak kita.Kita bisa katakan pada diri sendiri bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna dan kesalahan sekecil apa pun adalah pelajaran berharga.Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar,bercabang,dan berdaun.Semakin besar dan menyebar,makin sulit dikendalikan dan dipotong.
Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan kita.Hati-hatilah agar masa depan kita tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru.Jika pikiran itu muncul,cobalah menuliskannya untuk kemudian dilihat kembali secara logis dan rasional.Pada umumnya,orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.
4.Gunakan Semangat Diri
Untuk memerangi pikiran negatif,gunakan semangat yang mampu membakar motivasi,yakni berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri.Misalnya,"Akulah penentu dari hidup saya sendiri.Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya","Aku bisa belajar dari kesalahan ini.Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan","Akulah yang memegang kendali hidup ini",dan "Aku bangga pada diri sendiri".
5.Berani dengan Risiko
Berdasarkan pemahan diri yang objektif,kita bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi.Dengan demikian,kita tidak perlu menghindari setiap risiko,tetapi lebih menggunakan strategi untuk menghindari,mencegah,ataupun mengatasi risikonya.Contohnya,kita tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari risiko ditolak.Jika kita ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada risiko dan tantangannya.Akan tetapi,lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil risiko.Ingatlah pepatah,tidak ada perjuangan tanpa risiko (pengorbanan).
6.Belajar Mensyukuri dan Menikmati Rahmat Tuhan
Ada pepatah mengatakan, "Orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup.Artinya,individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif.Bahkan,kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan.Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat,kekayaan,kelimpahan,prestasi,pekerjaan,kemampuan,keahlian,uang,keberhasilan,kegagalan,kesulitan serta sebagai pengalaman hidupnya.Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam,tidak pernah melihat matahari terbit.Hidupnya dipenuhi dengan keluhan,rasa marah,iri hati dan dengki,kecemburuan,kekecewaan,kekesalan,kepahitan,dan keputusasaan.Dengan 'beban' seperti itu,bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis karena selalu membandingkan dirinya dengan orang yang membuat cemburu hatinya.Oleh sebab itu,belajarlah bersyukur atas apa pun yang kita alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup kita.
7.Menetapkan Tujuan yang Realistik
Kita perlu mengevaluasi berbagai tujuan yang kita tetapkan selama ini,dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak.Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik,akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan tersebut.Dengan demikian,kita akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah,tindakan,dan keputusan dalam mencapai masa depan,sambil mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.
Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri.Jika kita dapat melakukan beberapa hal seperti yang disarankan di atas,niscaya kita akan terbebas dari krisis kepercayaan diri.Namun,satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai kita mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan.Rasa percaya diri yang berlebihan bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada,tetapi lebih didasari dari orang tua dan masyarakat (sosial) sehingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk 'harus' menjadi orang sukses.Selain itu,persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata.Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan tempat individu dibesarkan,dari teman-teman atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak sehat).Contohnya,seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orang tua bahwa dirinya adalah spesial,istimewa,pandai,pasti akan menjadi orang sukses,dsb-namun dalam perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya catatan sukses yang nyata dan original (atas dasar usahanya sendiri).Akibatnya,anak tersebut tumbuh menjadi seorang manipulator dan otoriter-memperalat,menguasai,dan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Rasa percaya diri pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh kompetensi nyata,tetapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal,seperti kekayaan,jabatan,koneksi,relasi,pengaruh kekuatan keluarga,dan nama besar orang tua.Jadi,jika semua atribut itu ditanggalkan,sang individu tersebut bukan siapa-siapa.
Komentar